Apa Gunanya Menyalahkan?


"Memaafkan memang tidak mengubah apa yang telah terjadi. Namun benar-benar memperbaiki apa yang akan datang."

Aku baru masuk kuliah saat bertemu dengan Keluarga White.
Mereka sangat berbeda dengan keluargaku, namun aku langsung merasa betah bersama mereka.
Aku dan Jane White berteman di sekolah, dan keluarganya menyambutku- orang luar-seperti sepupu jauh.


Dalam keluargaku, jika ada masalah, menyalahkan orang itu selalu penting.
"Siapa yang melakukan ini?" ibuku membentak melihat dapur berantakan.
"lni semua salahmu, Katharine," ayahku berkeras jika kucing berhasil keluar rumah atau mesin cuci piring rusak.
Sejak kami kecil, aku dan saudara-saudaraku saling mengadu.
Kami menyiapkan kursi untuk si Terdakwa di meja makan.
Tapi Keluarga White tidak mencemaskan siapa berbuat apa.
Mereka merapikan yang berantakan dan melanjutkan hidup mereka.
lndahnya hal ini kusadari penuh pada musim panas ketika Jane meninggal.

Keluarga White memiliki enam anak: tiga lelaki, tiga perempuan.
Satu putranya meninggal saat masih kecil, mungkin karena itulah kelima yang tersisa menjadi dekat.
Di bulan Juli, aku dan tiga putri White memutuskan berjalan-jalan naik mobil dari rumah mereka di Florida ke New York .
Dua yang tertua, Sarah dan Jane, adalah mahasiswa, dan yang terkecil, Amy, baru menginjak enam belas tahun.
Sebagai pemilik SIM baru yang bangga, Amy gembira ingin melatih keterampilan mengemudinya selama perjalanan itu.
Dengan tawanya yang lucu, ia memamerkan SIM-nya kepada siapa saja yang ditemuinya.

Kedua kakaknya ikut mengemudikan mobil pada bagian pertama perjalanan, tapi saat mereka tiba di daerah yang berpenduduk jarang, mereka membolehkan Amy mengemudi.
Di suatu tempat di South Carolina , kami keluar dari jalan tol untuk makan. Setelah makan, Amy mengemudi lagi. Ia tiba di perempatan dengan tanda stop untuk mobil dari arah kami. Entah ia gugup atau tidak memperhatikan atau tidak melihat tandanya tak akan ada yang tahu. Amy terus menerjang perempatan tanpa berhenti. Pengemudi trailer semi-traktor besar itu tak mampu mengerem pada waktunya, dan menabrak kendaraan kami. Jane langsung meninggal.

Aku selamat hanya dengan sedikit memar.
Hal tersulit yang kulakukan adalah menelepon Keluarga White dan memberitakan kecelakaan itu dan bahwa Jane meninggal.
Sesakit apa pun perasaanku kehilangan seorang sahabat, aku tahu bagi mereka jauh lebih pedih kehilangan anak.
Saat suami-istri White tiba di rumah sakit, mereka mendapatkan dua putri mereka di sebuah kamar.
Kepala dibalut perban; kaki Amy digips.
Mereka memeluk kami semua dan menitikkan air mata duka dan bahagia saat melihat putri mereka.
Mereka menghapus air mata kedua putrinya dan menggoda Amy hingga tertawa sementara ia belajar menggunakan kruknya.
Kepada kedua putri mereka, dan terutama kepada Amy, berulang-ulang mereka hanya berkata, "Kami gembira kalian masih hidup."
Aku tercengang.
Tak ada tuduhan.
Tak ada tudingan.

Kemudian, aku menanyakan Keluarga White mengapa mereka tak pernah membicarakan fakta bahwa Amy yang mengemudi dan melanggar rambu-rambu lalu lintas.
Bu White berkata, "Jane sudah tiada, dan kami sangat merindukannya. Tak ada yang dapat kami katakan atau perbuat yang dapat menghidupkannya kembali. Tapi hidup Amy masih panjang. Bagaimana ia bisa menjalani hidup yang nyaman dan bahagia jika ia merasa kami menyalahkannya atas kematian kakaknya?"

Mereka benar. Amy lulus kuliah dan menikah beberapa tahun yang lalu.
Ia bekerja sebagai guru sekolah anak luar biasa.
Putrinya sendiri sudah dua, yang tertua bernama Jane.
Aku belajar dari Keluarga White bahwa menyalahkan sebenarnya tidak penting.
Bahkan, kadang-kadang, tak ada gunanya sama sekali.



http://www.ceritadanwarta.com
 

HANYA SEKEPING KOIN PENYOK..!!!


Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.

“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.
“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.

Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah.

Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.
Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?




so, keep smiling, no pedulu what you went through today




 

BELAJARLAH UNTUK BERKATA “CUKUP”.

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.
Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya.
Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata “cukup”.

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu.
Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan di sana.
Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya.

Masih kurang!
Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.
Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata “cukup”.
Kapankah kita bisa berkata cukup?
Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.

Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target.
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.

Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.
Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.
Semua merasa kurang dan kurang.
Kapankah kita bisa berkata cukup?
Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.
Tak perlu takut berkata cukup.

Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.
“Cukup” jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.
Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.

Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.
Belajarlah untuk berkata “Cukup”




http://falahluqmanulhakiem.wordpress.com

 

Indigo Child


Sebetulnya di Indonesia, khususnya di Jakarta, dalam beberapa tahun terakhir banyak media massa yang mengulas tentang anak-anak Indonesia yang memiliki indera keenam atau disebut juga memiliki “mata ketiga”.

Dalam bahasa populernya disebut indigo child atau sixth sense karena anak-anak tersebut punya ciri-ciri khusus yang agak berbeda dengan anak-anak kebanyakan. Nanti kita akan melihat apa saja ciri-ciri tersebut.

Majalah remaja Hai tahun lalu sudah mengupas tentang indigo child lengkap dengan beberapa contoh anak-anak yang berhasil diwawancara termasuk beberapa artis remaja kita yang menceritakan suka duka punya karunia semacam itu karena ada sebagian orang yang menganggap kemampuan itu bukan sebagai karunia, tetapi sebagai masalah kutukan. Kenapa sampai itu terjadi begitu? Kita lihat ceritanya di bawah ini.

Berbeda dengan anak yang mendapat predikat jenius yang kemampuan otak mereka luar biasa pintar dan menjadikan mereka menonjol dalam prestasi belajar, dan selalu dipastikan selalu menduduki peringkat satu di kelas bahkan di angkatannya, anak-anak yang termasuk indigo child dalam kehidupan sehari-hari bisa terkesan biasa-biasa saja dalam segi prestasi, bahkan ada beberapa yang harus tinggal kelas.

Itu sebenarnya bukan berarti indigo child anak yang ber-IQ rendah, malah sebaliknya kalau diperiksa bahkan IQ mereka banyak yang sangat tinggi, setaraf, bahkan lebih dari, IQ anak jenius. Nah di mana masalahnya, kenapa mereka bisa berbeda. Indigo child kebanyakan malas belajar dan kurang ambisi, bahkan beberapa anak mengeluh sering sakit kepala karena banyak hal yang mereka tidak mengerti berada di pikiran mereka.

Walaupun akhirnya kita melihat banyak juga anak indigo memang bisa mencetak prestasi bintang menyamai anak-anak jenius.

Indigo Child
Seperti kita ketahui, manusia umumnya memunyai lima indera, tetapi apa sih yang dinamakan indera keenam, sampai lahir istilah itu. Kata indigo sendiri diambil dari nama warna yaitu indigo, yang dikenal sebagai warna biru sampai violet. Bagaimana hubungan warna itu dengan anak-anak yang mendapat julukan tersebut dan diketahui memiliki indera keenam, Indera yang dimaksud adalah intuisi, semua orang sebetulnya memiliki intuisi tetapi khusus anak indigo mempunyai intuisi yang luar biasa tajam di atas kemampuan orang kebanyakan.

Mereka demikian peka seperti halnya anak jenius mempunyai kepintaran di atas rata-rata, demikian juga anak indigo mempunyai intuisi luar biasa tajam.

Dalam literatur kesehatan seperti yoga, prana, autohipnotis, meditasi dan sebagainya dikenal bahwa manusia selain mempunyai fisik yang bisa dilihat dan diraba juga mempunyai tubuh halus yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang berbakat kewaskitaan, yaitu orang yang extra sensory perception (ESP)-nya berkembang dengan baik karena tubuh halus itu berbentuk energi sinar berada di bawah empat oktaf dari kemampuan mata kasat melihat.

Mata kasat sendiri hanya mampu melihat warna pelangi, yaitu dari ungu sampai merah. Sedangkan badan halus itu berada di bawah warna merah termasuk far infra red ray (FIR) dengan panjang gelombang sekitar 12-6 mikron, frekuensi 60-120 Hz, dan orang awam mengenalnya dengan sebutkan aura. Yaitu, sinar elektro-magnetik dari tubuh. Sinar elektromagnetik yang memancar dari tubuh seseorang berbentuk elips mengelilingi tubuh fisik, kualitas warna dan kepadatannya mengindikasikan kesehatan dan karakter seseorang.

Untuk mengetahui apa warna sinar elektromagnetik yang dikenal sebagai aura, kini orang tidak perlu menunggu sampai mempunyai kemampuan ESP yang dikenal juga dengan istilah “mata ketiga”. Di Jakarta sudah ada mesin foto aura generasi akhir yang disebut Aura Video Station.

Di situ kita bisa melihat secara langsung di layar monitor energi sinar elektromagnetik atau aura itu bergerak membentuk selubung dari tubuh fisik sesuai dengan tingkatan kesehatan dan emosi seseorang yang diproyeksikan dengan warna. Nah, warna anak indigo sementara ini berdasarkan fakta yang terkumpul umumnya berwarna biru sampai violet sebagai dominasi dari aktifnya cakra keenam, yang juga disebut cakra “mata ketiga”.

Berikut ini kita akan melihat apa itu cakra dan dari mana kaitan warna itu dengan intuisi tajam yang menjadikan seseorang berpredikat indigo dengan ketajaman intuisinya.

Di tubuh halus manusia yang disebut juga tubuh bioplasmik diketahui punya pintu-pintu energi. Kesehatan pintu-pintu energi itulah yang mendasari energi elektromagnetik (aura) seseorang dan warna yang tertangkap sebagai pancaran sinar elektromagnetik itu adalah hasil dominasi keaktifan pintu-pintu energi tersebut. Pintu-pintu energi itu disebut cakra diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti roda yang berputar.

Dalam literatur Yoga dikenal tubuh bioplasmik seseorang punya pintu-pintu energi yang berjumlah sekitar 360 dan terdiri dari pintu-pintu besar, sedang, dan kecil. Tetapi yang sangat berperan menghasilkan warna aura adalah pintu-pintu besar, dan dikenal dengan sebutan cakra-cakra utama yang berjumlah tujuh dan punya nama dan warna tertentu, serta memberi intensitas energi sendiri-sendiri pada tiap wilayah kesehatan organ dari tubuh fisik itu sendiri yang dijabarkan sebagai berikut.

  1. Cakra dasar warna energi merah bertanggung jawab untuk kesehatan tulang dan otot di tubuh fisik dan memberi energi pada semangat hidup seseorang.
  2. Cakra kedua warna energi oranye bertanggung jawab untuk kesehatan organ-organ reproduksi dan memberi energi pada kemampuan berinteraksi dengan sesama.
  3. Cakra ketiga warna energi kuning bertanggung jawab untuk kesehatan organ-organ reproduksi dan memberi energi pada ambisi seseorang baik positif maupun negatif.
  4. Cakra keempat warna energi hijau bertanggung jawab pada semua organ yang berada dalam rongga dada dan memberi energi pada timbang rasa perasaan seseorang.
  5. Cakra kelima warna energi biru bertanggung jawab pada organ dalam rongga leher termasuk telinga, hidung dan tenggorokan (THT) dan memberi energi pada kemampuan seseorang dalam berinteraksi dan berkomunikasi, juga berkreativitas halus seperti melukis, dan menulis.
  6. Cakra keenam warna energi indigo disebut juga nilai yang bertanggung jawab pada seluruh organ dalam rongga kepala termasuk pancaindera dan memberi energi pada kepekaan intuisi dan ketajaman perasaan (felling) untuk hal-hal abstrak, seperti berpikir cepat.
  7. Cakra ketujuh warna energi violet bertanggung jawab pada semua organ di kepala, khususnya otak dan memberi energi pada sikap seseorang berhubungan dengan keillahian.

Jadi, jelas bukan indigo child memiliki ketajaman intuisi karena dari sinar elektromagnetik tubuhnya saja, yaitu auranya yang hampir seluruhnya merupakan tanda keaktifan yang lebih dominannya pintu energi yang satu itu yakni cakra mata ketiga yang terindikasikan mengeluarkan energi berwarna indigo.

Umumnya orang yang berbakat sebagai indigo sudah tampak sejak lahir, bahkan kenyataan sebagaimana umumnya juga merupakan karunia yang turun-temurun. Jadi, secara alami mereka memang punya karunia itu dan ketajaman intuisinya berlainan satu dengan yang lain.

Ada yang sangat peka sampai bisa mempunyai penglihatan menembus ruang dan waktu, misalnya sambil mengadakan hubungan telepon dia bisa menebak lawan bicaranya pakai baju warna apa atau sambil ngemil apa, juga mempunyai penglihatan akan kejadian-kejadian yang lalu atau yang akan datang dan keahlian seperti ini dimiliki orang yang dijuluki paranormal.

Tetapi, ada juga yang hanya bisa merasakan kenyamanan suatu tempat atau lebih bisa membaca “pikiran orang”, ada juga yang bisa mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dia pelajari sebelumnya, seperti keahlian olahraga tertentu, menulis, melukis sampai menjadi ahli tata rambut terkenal dsb.

Ada sebagian orang yang berubah menjadi indigo child dan memiliki segala kelebihannya karena terbebas dari suatu penyakit berat atau kecelakaan parah yang biasanya secara medis sudah dinyatakan tidak ada harapan hidup lagi, tetapi tahu-tahu bisa kembali sehat normal dan menjalani hidup seolah baru terbebas dari kematian dan mempunyai kemampuan intuisi tajam, bahkan jadi bisa memunyai keahlian-keahlian khusus, seperti jadi terapis/ pengobat dengan kemampuan khusus/tabib tanaman obat dan sebagainya.

Menangani Anak-anak Indigo
Umumnya anak Indigo berkepintaran tinggi, walaupun tidak bisa diukur dengan prestasi sekolah dengan ukuran peringkat. Mereka punya kemampuan berpikir, berdialog setingkat orang dewasa. Jadi, hati-hati kalau berhadapan dengan seorang indigo jangan mengukur kemampuan berpikir mereka dari usia dan pendidikannya. Terkadang apa yang tidak sampai dalam alam pikir kita sebagai orang dewasa, indigo bisa mencapainya. Jadi, terkesan ia banyak akalnya dan banyak maunya, menjadikan mereka suka dicap sebagai anak kecil “sok tahu” atau kalau orang dewasa dicap sebagai orang sombonglah karena suka menganggap lawan berdialog “telmi” (telat mikir).

Anehnya apa yang mereka mau, umumnya akan didapatkan dengan mudah dan terkesan tidak masuk akal. Misalnya, anak indigo merengek pada mamanya minta kue kesukaannya, tetapi karena banyak hal sang mama tidak bisa memberinya, dia menangis sambil sesumbar kalau hari ini dia pasti mendapatkan kue tersebut dan dengan tegas dia katakan berulang-ulang pasti akan mendapatkannya!

Sang Mama hanya menghela napas di dalam batin berguman sendiri, yang mengatakan walaupun kamu menangis memangnya siapa yang mau memberikan kue kesukaanmu? Tetapi, apa yang terjadi, sore hari sang ayah pulang sambil membawa kue yang dinanti dan ayah mendapatkannya sebagai oleh-oleh dari seorang relasi yang berkunjung ke kantor. Nah kebetulan bukan!

Jadi, jangan menyepelekan tekad mereka untuk mendapatkan.
Indigo banyak yang memunyai kemampuan di luar nalar. Misalnya, dia bisa melihat dan berdialog dengan teman-teman di alam lain yang tidak bisa dilihat orang lain atau mendadak piknik keluarga yang sudah dirancang matang jauh hari sebelumnya hanya karena dia merasakan akan mendapat rintangan atau kecelakaan dalam perjalanan, jadi batal.

Nah itulah dilema bagi lingkungannya karena kalau intuisi sang indigo dipercaya, batallah piknik keluarga hanya karena perasaan yang tidak berdasar. Tetapi, kalau ditentang juga sudah ada rasa takut bahwa itu adalah firasat dan semua bisa saja terjadi. Akhirnya indigo juga dikecam sebagai “biang kerok” lah, bahkan ada yang menganggapnya sebagai orang sakit jiwa sampai-sampai diharuskan bahkan dipaksa untuk mau diterapi psikiater.

Ada seorang remaja datang menangis sambil bertutur bahwa dia bukan mengkhayal, atau gila seperti yang orangtuanya tuduhkan kepadanya. Yaitu bahwa dia betul-betul melihat makhluk-makhluk pengganggu yang selalu mendatanginya dan menyebabkan salah satu anggota keluarga tersebut sakit berat.

Dia katakan kenapa sering melempar barang-barang dalam kamar atau di ruang lain dalam rumah hanya karena dia melihat dan ingin mengusir makhluk-makhluk menyeramkan yang dilihatnya dengan lemparan tersebut, tetapi sang ibu yang merasa sebagai keluarga yang taat dalam beragama kalau sampai mempercayai hal-hal yang dituturkan anaknya adalah sesuatu yang memalukan.

Karena itu, sang ibu berkilah mana ada makhluk halus (setan) yang berani mengusik keluarganya, padahal mereka taat beribadah, rajin berdoa dan sebagainya. Akibatnya vonis yang dianggap tidak waras dan ditempatkannya “sementara” dia untuk dirawat di Klinik Rehabilitasi Jiwa di Jawa Timur. Katakanlah sungguh sangat beruntung kalau anak indigo lahir di tengah-tengah keluarga yang memang punya karunia itu atau paling tidak memahaminya, seperti ibu yang penulis kenal baik, sang ibu bertutur kalau dia dulu sering dimarahi, bahkan dipukul karena sang mama yang panik ketakutan karena diteriaki banyak makhluk kecil yang menyeramkan merambat di tubuh sang mamanya.

Sekarang anak tersebut sudah menjadi seorang ibu yang berputra-putri tiga orang dan semua seperti dirinya, putri terbesar memunyai ketajaman intuisi yang luar biasa sampai-sampai semua program yang dibuatnya hampir selalu gol. Misalnya masuk sekolah dengan uang bayaran yang jauh di bawah teman-temannya supaya uang yang diberikan ayahnya tersisa untuk membeli barang-barang khayalannya.

Anehnya, jumlah angka rupiahnya bisa persis yang dia rancang dan putri itu punya kharisma yang bisa membuat teman-teman mau membantu apa saja keperluannya mulai dari hal-hal sepele sampai hal-hal yang besar dan repot.

Putra kedua seperti ibunya melihat makhluk-makhluk halus berkeliaran dan membuatnya mendapat julukan “si penakut” karena selalu minta ditemani kalau masuk ruangan yang dia katakan makhluknya jail dan dia takut sendirian. Tetapi, karena sang ibu dulu juga mengalaminya, keadaan “lebih beres” daripada mempunyai ibu yang tidak melihat dan tidak percaya bahkan memvonis gila.

Putra ketiga memiliki intuisi tajam seperti kakak pertamanya dan suka menjadi mitra bersama ibunya untuk memprogram keinginan-keinginan mulai dari mendapatkan tempat parkir yang gampang di mal-mal yang ramai sampai mendapatkan barang-barang keperluan yang sulit didapat, sehingga bisa didapat dengan mudah karena hanya mereka berdua menyatukan pikiran untuk mendapatkannya. Tinggal sang ayah yang sering dibuat bengong dan sering diteriaki “uuh ayah telmi deh”.

Coba kita lihat di film-film barat bagaimana pihak kepolisian merekrut orang-orang indigo yang disebut juga cenayang untuk membantu mengungkap kejahatan yang pelik untuk diungkap secara nalar normal. Bahkan, ada sekolah-sekolah atau perkumpulan khusus untuk orang dengan bakat itu. Teman penulis mendapatkan gelar S3-nya dari Amerika untuk bakatnya itu dan merasa sangat bahagia karena toh sekarang dengan karunianya dia bisa membantu sesama dan memerlukannya.

Di Amerika, anak jenius yang ditulis oleh Ibu Theresia Sujanti tersebut langsung ditangani dan diangkat jadi aset negara.

Tetapi, di Indonesia perhatian untuk anak jenius saja masih tanda tanya, apalagi untuk anak indigo yang sering dicemooh “ada-ada saja”.

Nah, sangat disayangkan bukan, diharapkan ada yang mau memelopori dan mendanai untuk membuat klub khusus supaya mereka bisa menarik manfaat dari karunianya. Tidak sedikit anak indigo yang kebingungan dengan kemampuannya menjadi frustrasi dan akhirnya menempuh jalan yang salah dalam mengarungi hidup ini, seperti terjebak dalam pemakaian narkoba karena ingin menghilangkan apa saja yang mereka alami dari lingkungannya yang selalu mencemooh dan mengecapnya sebagai orang miring, anak kacau, anak pembangkang dan sebagainya.

Mungkin bagi orang yang tidak mengalami akan terus mencemooh, tetapi penulis yakin di Jakarta saja banyak orang yang masuk kategori indigo child, bahkan beberapa orang yang punya nama besar dengan keahliannya yang memadai, seperti seorang psikiater anak, psikologi, dokter, dosen, guru atau siapa saja yang mau memikirkan masa depan anak-anak, diharapkan untuk membantu mendirikan klab khusus untuk anak-anak itu, dan memberi pengarahan yang benar, agar keadaan anak indigo yang frustrasi tidak menimbulkan kejengkelan, kekacauan keluarga atau “keaiban keluarga” karena dianggap punya anak cacat, yaitu sakit jiwa sungguh memalukan.

Jangan menutup kemungkinan bahwa mereka semua bisa berguna bagi kepentingan umum dengan bakat-bakatnya. Setahu penulis untuk orang dewasa di Jakarta sudah ada klub metafisika yang mengadakan kegiatan berkumpul untuk berdiskusi di kalangan mereka sesama anggota dan diadakan sebulan sekali bertempat di suatu hotel di bilangan Jakarta Selatan, tetapi untuk anak sampai remaja sangat diharapkan dan dinantikan terwujudnya klab tersebut.

Sumber: http://misteridunia.wordpress.com

 

Rahasia Dibalik Senyuman Monalisa


Senyuman misteri yang ditunjukkan Monalisa dalam lukisan potret terkenal karya Leonardo da Vinci akhirnya terungkap. Para akademisi Jerman merasa yakin mereka telah berhasil memecahkan misteri yang telah berlangsung beberapa abad di balik identitas gadis cantik yang menjadi obyek lukisan terkenal itu.

Lisa Gherardini, istri seorang pengusaha kaya Florence, Francesco del Giocondo, telah lama dipandang sebagai model yang paling mungkin bagi lukisan abad 16 tersebut. Namun demikian, para sejarawan seni sering bertanya-tanya apakah mungkin wanita yang tersenyum itu sebetulnya kekasih da Vinci, ibunya atau artis itu sendiri.

Kini para pakar di perpustakaan Universitas Heidelberg menyatakan berdasarkan catatan yang ditulis pemiliknya dalam sebuah buku pada Oktober 1503 diperoleh kepastian untuk selamanya bahwa Lisa del Giocondo-lah model yang sesungguhnya dalam lukisan itu, yang merupakan salah satu lukisan potret terkenal di dunia. “Semua keraguan tentang identitas Monalisa telah pupus menyusul penemuan oleh Dr. Armin Schlechter,” seorang pakar naskah kuno, kata perpustakaan itu dalam pernyataannya.

Hingga kini, hanya diperoleh ”bukti kurang meyakinkan” dari berbagai dokumen abad 16. “Hal ini menciptakan ruang bagi berbagai interpretasi dan ada banyak identitas berbeda dikemukakan,” kata perpustakaan itu. Catatan itu dibuat oleh Agostino Vespucci, seorang pejabat Florence dan sahabat da Vinci, dalam koleksi surat tulisan orator Romawi, Cicero. Tulisan dalam catatan itu membandingkan Leonardo dengan artis Yunani kuno Apelles dan menyatakan ia sedang menggarap tiga lukisan, salah satunya adalah potret Lisa del Giocondo.

Para pakar seni, yang sudah mengaitkan tahun pembuatan lukisan itu pada jaman abad pertengahan itu, menyatakan penemuan Heidelberg itu merupakan terobosan dan penyebutan sebelumnya menghubungkan istri saudagar itu dengan lukisan potret tersebut. “Tak ada alasan untuk terus meragukan bahwa potret ini adalah wanita yang lain,” kata sejarahwan seni Universitas Leipzig, Frank Zoelner, kepada Radio Jerman



Sumber: http://15meh.blogspot.com/
 

Ambidexterity, Bakat Langka Manusia


AMBIDEXTERITY adalah keadaan dimana seseorang yang mahir menggunakan kedua tangan dalam kegiatan orang tersebut (contohnya menulis). Ini adalah bakat manusia dimana manusia tersebut mampu melakukan perubahan dominasi pergerakan pada salah satu sisi . Orang-orang yg terlahir dengan bakat tersebut biasanya disebut Penwald ambidextrous. Dan mereka juga bisa berhenti menggunakan kedua tangan mereka dan hanya menggunakan satu tangan saja.

Meskipun Ambidexterity itu sangat jarang, tapi orang yang memiliki bakat ini masih memungkinkan untuk melakukan beberapa tugas dengan tangan tertentu. Tingkat fleksibilitas dengan masing-masing tangan umumnya faktor kualitatif dalam menentukan seseorang yang Ambidexterity.

Di zaman yang modern ini, lebih mudah untuk menemukan orang yang mengalami ambidexterity yang dulunya kidal, dan yang berlatih agar bisa menjadi ambidextrous baik secara berlatih mandiri maupun diajarkan pada institusi pendidikan yang menekankan untuk menggunakan tangan kanan. Dan juga karena banyaknya alat yang bentuknya asimetris (contoh pembuka kaleng, gunting, gitar dll) dan didisain untuk orang yang menggunakan tangan kanan. Hal ini menyebabkan banyak orang kidal yang belajar untuk menggunakan alat tersebut dengan tangan kanan karena sedikitnya alat yang didisain khusus untuk orang kidal. Dan hal ini menyebabkan orang kidal dapat menggunakan tangan kanannya secara bersamaan dengan tangan kiri.

Ambidexterity sering didorong dalam kegiatan-kegiatan yang memerlukan banyak keterampilan di kedua tangan, seperti juggling, berenang, perkusi, keyboard musik, mengetik, bisbol, lacrosse, pembedahan, tinju, bola basket dan pertempuran.

Keuntungan Ambidexterity
Dalam sepak bola, mampu menendang dengan kedua kaki memberikan lebih banyak pilihan untuk melewati dan mencetak gol, serta kemampuan untuk bermain di kedua sayap. Oleh karena itu, pemain dengan kemampuan untuk menggunakan kaki lemah mereka dengan tendangan yang akurat ialah sangat berharga dalam tim mana pun.

Dalam balap mobil sport profesional, pembalap yang berpartisipasi dalam berbagai perlombaan di Amerika Serikat dan Eropa kadang-kadang menemukan kemudi yang dipasang pada sisi yang berbeda dari mobil. Sementara posisi kemudi sebagian besar tidak terpengaruh, tangan yang digunakan untuk memindahkan gigi transmisi mengalami perubahan. Kenyataan ini lebih rumit bahwa pergeseran pola transmisi relatif terhadap perubahan, misalnya perubahan roda gigi yang memerlukan tangan kiri dalam memindahkan tuas ke arah pembalap menjadi gerakan menjauh dari pembalap yang menggunakan tangan kanan memindahkan tuas transmisi. Seorang pembalap yang terampil dalam menggeser tuas transmisi dengan kedua tangan dapat membawa keuntungan


MMM. APA KAH ANDA INGIN MENCOBANYA?
HEHEHE



http://jelajahunik.blogspot.com
 

3 kata yang sulit dikatakan maaf, tolong, terima kasih

Tolong, Terimakasih, dan Maaf

3 kata itu muncul berdasarkan tingkat kesulitan dan kekerapannya dalam penggunaan sehari-hari. Baiklah, urutan asli kemunculan kata sejak mulai bicara adalah 'ayah', 'mbah', [...] 'nggak', [...] 'bunda', [...] 'iya', 'tolong', 'terimakasih', 'maaf', [...]. Ada jeda panjang dan banyak sekali kata yang hanya sanggup saya wakilkan dengan [...].

Kalau saya pikir-pikir, urutan itu (hampir) persis dengan yang dikeluarkan oleh orang dewasa, ya? Paling gampang deh minta tolong, tapi minta maaf sangat tinggi tingkat kesulitannya. Tak heran kalau anak-anak punya urutan yang sama, ya. Toh mereka belajar dari orang dewasa :)
Tolong, bunda

Kalau kata 'tolong' ini tidak disertakan saat meminta, kami membiasakan anak untuk mengulang permintaannya. Diucapkan dengan nada sopan (tidak menyuruh), pakai kata 'tolong' di awal kalimat, dan tidak sambil merengek (setengah menangis).

Kalau sedang menangis bagaimana? Ya diam dulu. Sulit sekali untuk menyimak apa yang dikatakan orang yang sedang menangis (meraung-raung), apalagi anak kecil yang artikulasinya belum sempurna.

"Anak nangis kok disuruh diem, kejam amat? Ngga demokratis!"? Eeeh, bukan begitu. Kalau memang sulit untuk mengerem nangisnya (misalnya sedang sesenggukan dan megap-megap), ya biarkan saja anak menyelesaikan dulu tangisnya. "Ngomongnya nanti saja", biasanya kami bilang begitu.

Pangkulah, peluk, atau ditepuk-tepuk lembut punggungnya supaya tangisnya mereda. Setelah anak bisa bicara dengan lebih tenang, baru minta dia mengulangi apa yang tadi dikatakan.

Si bungsu lebih dulu terbiasa dengan 'tolong' ini, sedangkan si sulung sudah bisa pasang gengsi. Satu ketika dia ingin menonton VCD Thomas kesukaannya. Saya memintanya menggunakan kata 'tolong' ini. Ketimbang bilang tolong dan saya segera memasangkan untuknya, si sulung ini malah diam. Dia memilih duduk manis sambil menatap layar tanpa berkata apa-apa.

Butuh 5 menit penjelasan tentang keharusan memakai 'tolong' dan 5 menit diam lagi sebelum akhirnya ia meminta tolong. Dan ini tidak langsung berlaku untuk permintaan lain. Saat menonton ia meminta susu tanpa 'tolong'. Berulanglah kembali adegan tadi :D
Terimakasih, ayah

Minta tolong lebih mudah karena 'diikuti' dengan pemenuhan keinginan. Sedangkan 'terimakasih' mengikuti pemenuhan keinginan. Tidak ada 'reward' yang senyata pemberian hasil meminta tolong. Karena itu pada awalnya 'terimakasih' dikenalkan sebagai urutan kebiasaan.

"Kalau diberi atau ditolong, bilang terimakasih, ya". Anak mungkin belum bisa menghargai suatu perbuatan untuknya. Belum tentu karena tidak mau, bisa saja dia belum mengerti. Tidak apa-apa, semakin bertambah usia dan kematangan emosionalnya, dia akan belajar untuk mengerti. Bahwa apa yang dilakukan orang lain untuknya bisa jadi adalah atas 'kebaikan hati', belum tentu selalu karena ia berhak.

Betapapun sering saya mendengarnya, saya selalu terharu ketika anak berucap "Ma'acih, bunda" tanpa disuruh. Dan tentu saja kami wajib membalas dengan "Sama-sama". Seringnya sih ditambah dengan usapan di kepala dan atau ciuman di pipinya. *uh gemesnyaaaaaa…

Di awal-awal pembiasaan, bimbingan kami berupa "Mana terimakasihnya? Terimakasih, ayah" dijawab dengan "Sama-sama" oleh anak. Sama seperti, "Daud, kalau masuk rumah bilang 'Assalaamu'alaykum'', ya" yang disahut dengan "Alangkum calam".

Lucu. Tentu saja semua yang melihatnya tertawa. Salah, tapi tidak apa-apa. Toh sekarang sudah mengerti. Dan kami nyaris tidak pernah terbiasa, sehingga selalu tersenyum haru. Saya rasa kita semua senang mendengar kata 'terimakasih', bukan? Betapapun sepele yang dilakukan.
Maaf, bunda

Jika saya sedang sangat marah, biasanya saya akan meminta suami bergantian mengasuh agar saya bisa meredakan marah. Entah dengan masuk kamar, tidur, mandi, atau lainnya tergantung kesukaan.

Untuk awal pembiasaan, biasanya pasangan kita harus ada. Ialah yang akan membimbing dan menyontohkan pada anak bagaimana mengucapkannya. "Nak, bunda marah karena kamu [...]. Lain kali jangan begitu, seharusnya [...]. Sekarang minta maaf sama bunda. Bilang 'maaf bunda', ya".

Ini kata terakhir yang amat sangat sulit. Walaupun orangtua membiasakan diri meminta maaf ketika bersalah atau tidak sengaja menyakiti (menabrak, menginjak kaki, dan lain-lain), 'rasa' maaf ini belum tentu sampai. Apalagi jika 'terimakasih' masih berupa kebiasaan ketimbang kesungguhan perasaan untuk menghargai bantuan orang lain.

Tidak apa-apa. Kita sebagai orang dewasa juga tidak selalu mudah untuk berkata maaf. Jadi anda bisa bayangkan betapa lumernya kemarahan saya ketika anak saya menghampiri lalu mengelus-elus pipi saya sambil bilang, "Maaf, bunda".

Yang ada malah saya jadi menangis, memeluknya, dan samasekali lupa kalau tadinya saya marah (tuh kan, airmata menggenang lagi sekarang. betapa manisnya jika mengingat itu). Entah bagaimana dan apa yang ayahnya ajarkan, yang pasti saya suka sekali hasilnya.

*Terimakasih, ayah. Bunda sayang sekali sama ayah :) Maaf ya, bunda masih pemarah dan sering ngambek.
Kebiasaan dan contoh

Kebiasaan harus dimulai, kapanpun waktunya. Tidak ada kata terlalu dini atau terlambat. Teman atau orang lain yang melihat anak saya yang sedang berlaku sopan kadang berkomentar, "Anakmu lucu banget, siiiih! Sopan banget". Huhu… Andai mereka tahu bagaimana 'latihan'nya, tentulah mereka akan membatalkan kata 'lucu'.

Dan karena kehidupan anak adalah soal menyontoh, maka yang pertama harus membenahi diri adalah orangtua. Tidak haram bagi pasangan untuk mengingatkan, "Terimakasih, ayah" jika saya lupa berucap terimakasih atas bantuannya, sementara anak ada di dekat situ menyaksikan.

Tentu saja sopan-santun tidak hanya di depan anak. Kita toh orang dewasa yang bisa mengatur diri, yang sudah lebih dulu terbiasa dengan tata krama. Jangan lupakan hal yang sepele atau 'ah anak ngga lihat ini'. Siapa tahu mereka melihat dari kejauhan atau kebetulan sempat melihat ketika mereka lewat. Kelak mereka juga akan bisa menyontohnya dengan melakukan hal yang kita larang saat kita tidak melihat/tidak tahu.

Kesopanan bukan soal dilihat orang atau tidak. Kesadaran adalah sesuatu yang dapat diperoleh lewat belajar mengulang-ulang. Mengajarkan ini pada anak hingga mereka mengerti, ada di tahap yang lebih maju lagi.
Ajak semua orang

Sebuah perjuangan mendidik untuk semua anggota keluarga. Tak bisa hanya ayah-bunda, jika ada nenek, kakek, pembantu, saudara, atau siapa saja yang tinggal serumah kita juga harus meminta mereka untuk melakukan hal yang sama.

Jika tidak demikian, anak dapat mencari jalan pintas. Ketimbang memperbaiki kalimat dan menyisipkan kata 'tolong', mereka bisa memilih menyuruh orang lain yang tidak keberatan dengan ketiadaan kata 'tolong' tersebut.

Tak perlu sungkan untuk meminta ayah-ibu (kakek-nenek anak kita) untuk membantu kita dalam membentuk kebiasaan anak ini. Sekecil apapun, ada kemungkinan mereka tersinggung dan berkata, "Udah tau! Biasanya juga gitu! Kan saya yang dulu mengajari kamu". Tak perlu kecil hati atau berbalik marah. Rendahkan diri saja. "Cuma ngingetin, kok. Soalnya tadi aku lupa. Biar ngga lupa lagi, aku ngingetin mamah biar mamah bisa ngingetin aku balik" sambil nyengir.









BananaTalk.com